Kamis, 14 Juli 2011

artikel Robohnya Citybank

Robohnya Citybank berawal dari kesalahan dalam pengelolaan SDM,lebih tepatnya adalah kegagalan succession planning, dalam hal ini adalah pemilihan CEO yang kurang berkompeten.CEO yang terpilih(Sandy Weill )bukan merupakan CEO yang tangguh, juga bukan sosok yang visioner, yang mampu membaca arah strategi perbankan global masa depan.Sandy weill merupakan pemimpin yang otoriter,karena itulah banyak orang yang hengkang lantaran tidak betah dengan gaya kepemimpinanya.
Selain itu Sandy Weill melakukan kesalahan yang cukup fatal,dengan memilih orang untuk menggantikan kedudukanya berdasarkan system “like-dislike” yaitu dengan memilih Charles Prince,yang merupakan kepala bagian hukum,yang tidak memiliki latar perbankan yang kuat, Dan, pada tahun 2007 lalu, Citibank mengalami kredit macet perumahan yang membikinnyabangkrut. Dan Citibank harus kehilangan uang sebesar Rp 160 trilyun. Harga sahamnya hancur berantakan, dari sebesar $ 57 turun ke angka $ 20 – membuat para pemegang sahamnya harus kehilangan market value sebesar Rp 1,400 trilyun .Dan Prince pun segera dipecat.

Masalah utama robohnya Citybank adalah, mutu CEO mereka yang kurang handal.Serta pemilihan pemimpin yang mementingkan unsure subjectif daripada unsure objectif yang sangat berpengaruh terhadap pengelolaan SDM di Citybank.
Memang harus diakui banyak dalam organisasi lebih banyak mengangkat seseorang seperti dengan sistim kroni atau juga dengan system”like-dislike”,serta tidak memperhatikan kemampuanya.Dalam Jangka pendek mungkin tidak terlalu berpengaruh tetapi dalam jangka panjang sebuah organisasi bisa dipastikan akan mengalami kemunduran jika pemimpinnya kurang berkompeten .
Jika organisasi belum lah memiliki proses dan kultur yang excelent, mungkin sosok CEOlah yang dapat membuat organisasi itu berkibar, atau malah terjerembab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar